SEJARAH DESA BUNUTIN
Pada tahun 882 Masehi ada seorang Raja di Jagad Bali yang bernama Sri Aji Jaya Pangus, beliu bertempat tinggal di balingkang beliau sangat bijaksana memimpin kerajaanya hingga semua rakyatnya tunduk pada kewibaan beliau. Kepandaian beliau memimpin kerajaanya juga terdengan sampai ke Negeri Cina. Selain membuat kerajaan menjadi sejahtera Sri Aji Jaya Pangus mendirikan tempat yoga semadi di pucak Gunung Wangun Urip untuk memohon anugrah dari Ida Sanghyang Widhi Wasa berdasarkan dengan Yadnya yang dilaksanakan sepanjang tahun agar selama kepemimpinan beliau bumi beserta isinya bisa mendapatkan kebahagiaan serta kesejahtraan.
Ketika ada hari atau waktu yang baik diantara tahun 882 Masehi, Sri Aji Jaya Pangus diiringi oleh para patih serta bala tentaranya melihat-lihat keberadaan rakyatnya yang mencari penghidupan di sekitar Gunung Wangun Urip. Selama perjalanan beliau melihat-lihat tempat yang diinginkannya ditengah perjalanan ditemukan beradaan sumber mata air dan disekitar sumber mata air tersebut terdapat tumbuhan Bun, tumbuhan bun ini digunakan sebagaisarana atau tempat berpegangan agar bisa melintas disumber mata air tersebut bersama semua bala tentaranya. Secara tak sengaja bun tersebut di cabut dan mengeluarkan air (Ngecir). Tempat itu lalu diberinama Buncir oleh Sri Aji Jaya Pangus dan beliu berkeinginan untuk tinggal disana. Beberapa lama kemudian Sri Aji Jaya Pangus mendirikan tempat suci yang bernama Pura Melamba yang berada di tengah hutan.
Di ketahui selanjutnya wilayah Buncir sudah dihuni oleh 200 orang yang di sebut krama satak yang bertempat tinggal di Buncir dan Sundingan. Krama satak itu yang kemudian mengelola tanah perkebunan disana. Sejak tahun 991 masehi ada bencana yang membuat masyarakat Buncir dan Sundingan jatuh sakit sampai banyak yang meninggal dan yang masih bertahan hidup hanya 7 orang. Selanjutnya mereka lebih dikenal dengan nama seke pitu ( Seke Budo Wage). Di Pura Melamba banyak tumbuh pohon bunut dan beringin di karnakan masyarakat yang tidak memperhatikan kebersihan dari tempat suci tersebut. Lama kelamaan banyak pendatang dan tinggal lalu Seke Budo Wage dan krama lainya mengganti nama desa Buncir beserta Sundingan menjadi desa Bunutin sampai sekarang.